28 September 2011

Jiwa dan Gaya Naratif Penulis

Jiwa dan Gaya Naratif Penulis

Ada ungkapan yang menyebutkan, kata adalah bahasa kalbu. Ini menunjukkan bahwa makna kata itu menyatu dengan relung jiwa. Tidak heran, sejumlah orang suka menulis agar dapat menyejukkan hati, baik itu untuk dirinya sendiri maupun untuk pembaca lainnya.

Berkaitan dengan itu, ada hal menarik yang sekiranya bisa dijadikan bahan renungan untuk para penulis, khususnya mereka yang hobi dengan dunia jurnalisme. Hal tersebut datang dari seorang pakar media asal Amerika, Profesor Janet Steele, yang baru-baru ini berkunjung ke Jakarta untuk memberikan kuliah umum di Pusat Kebudayaan Amerika. Beliau menyatakan, kini banyak tulisan sudah tidak lagi berjiwa, khususnya dalam penulisan berita.

Menurutnya, di kalangan jurnalis cetak, penulisan berita dengan gaya naratif masih belum diterapkan dengan maksimal. Padahal, genre penulisan naratif bukan hanya berlaku di kalangan penulis fiksi. Menulis berita yang didasarkan fakta dan data pun dapat dilakukan dengan gaya cerita atau mendekati sastra. "Jurnalisme naratif ini bisa digunakan di semua jenis berita, seperti ekonomi, politik, olah raga", ujarnya.

Janet juga menambahkan, sebetulnya seorang penulis dapat mengadopsi skenario film atau model penulisan cerita pendek (cerpen). Namun perlu diingat, setiap kata itu adalah penting dan tidak bisa dihilangkan. Oleh karena itu, pemilihan diksi pun harus sangat selektif. "Tidak boleh ada pemubaziran kalimat. Setiap kata yang ditulis harus dipilih dengan ketat," kata Janet yang mengaku sangat menyukai kata "anugerah" dalam kosakata Bahasa Indonesia itu.

Hmmm... Menilik apa yang disampaikan salah seorang pakar media di atas, memang benar, bahwa hal yang paling utama dalam kegiatan menulis adalah jiwa si penulisnya sendiri. Meskipun tulisannya adalah menyoal tentang berita, namun yang ditekankan adalah bagaimana si penulis mampu memasukkan jiwanya ke dalam rangkaian kata demi kata yang dituliskannya itu sehingga menjadi suatu narasi (penceritaan) yang sarat dengan hal-hal yang manfaat dan tidak mubazir, baik itu ditujukan untuk dirinya sendiri ataupun untuk para pembacanya.

Semoga saja, apa yang disarankan Prof. Janet Steele ini mampu menginspirasi kita untuk dapat melatih menumbuhkan jiwa dan gaya naratif dalam setiap aktivitas menulis...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar