Mulya menambahkan, posisi tiga besar dapat diperoleh karena nilai yang dimiliki Arab Saudi adalah 29, sementara Indonesia 26. "Kemarin orang dari Islamic Finance Country Index (FCI) bilang ke saya, Indonesia diharapkan bisa jadi nomor 3," tuturnya. Hal ini karena peringkat Indonesia dengan Arab Saudi tidak jauh selisihnya. Menurutnya, dengan jumlah sumber daya alam (SDA) yang cukup besar dan SDM (sumber daya manusia) yang cukup tinggi, sebetulnya Indonesia memiliki prospek yang cukup besar dalam perkembangan ekonomi dan keuangan syariah. Sosial budaya bisa jadi pendukung yang selama ini kenal dengan semangat gotong royong. "Jadi, tidak sulit kita mengembangkan ini," ujar Mulya.
Saat ini, dana pihak ketiga (DPK) yang terserap melalui perbankan syariah tercatat Rp 5,7 triliun pada 2003. Angka ini melonjak menjadi Rp 89,8 triliun pada Juli 2011. Sementara dana yang disalurkan Rp 6,5 tiriliun pada 2003 menjadi Rp 8,8 triliun pada Juli 2011. NPL (non performing loan) perbankan syariah relatif kecil yakni 3,75% pada Juli 2011.
Sementara itu, pengamat Ekonomi Syariah Adiwarman Karim mengatakan, saat ini nasabah perbankan syariah di Indonesia mencapai 10 juta orang, sedangkan untuk asuransi syariah sebanyak 3,5 juta orang. Dia memperkirakan, Indonesia bakal menempati posisi pertama di dunia pada tahun 2023 dengan nilai aset keuangan syariah Indonesia tahun ini bakal mencapai 1,59 miliar dolar AS.
JOY DEDICATION Blog | 17/11/11(22)-Daraoraura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar