11 Oktober 2011

Jangan Sebut Cirebon menjadi "cirebom" !

Cirebon seolah menjadi kota yang sedikit menakutkan pascabom bunuh diri di Masjid Adz Dzikra Kepolisian Resor Cirebon Kota pada 15 April 2011 lalu. Menyebut Cirebon pun oleh sejumlah kalangan dipelesetkan menjadi "cirebom" karena Cirebon disebut-sebut sudah lama menjadi basis para pelaku bom bunuh diri. Bahkan, ada pihak yang mengatakan bahwa merunut akar sejarahnya, radikalisme di Cirebon sudah mengakar.

Benarkah demikian?

Cirebon jangan disebut menjadi
Ilustrasi Gambar
sumber: elilmu.blogspot.com

Budayawan Cirebon, Nurdin M. Noer mengatakan, sejarah Cirebon terputus dengan kelompok-kelompok radikal seperti Muhammad Syarif (bomber-Cirebon) dan Hayat (pelaku bom bunuh diri di Solo). Terkait agama, menurut beliau, barangkali yang paling relevan adalah soal Syekh Siti Jenar yang ajarannya dianggap menentang ajaran para Wali Songo, termasuk Sunan Gunung Jati yang menyebarkan Islam di Cirebon. Namun, sisa-sisa turunan Syekh Siti Jenar yang menanamkan ajaran Manunggaling Kawula Gusti itu menurut Nurdin adalah peminta-minta. "Tetapi ajaran itu telah pupus," katanya.

Adapun torehan lain dalam sejarah Cirebon adalah pemberontakan G 30 S/PKI pada tahun 1965. Akan tetapi, itu pun sifatnya adalah nasional, dalam arti tidak ada keistimewaan Cirebon yang bisa dikaitkan dengan terorisme. Sedangkan paham kelompok radikal yang merestui kekerasan saat ini, menurut Nurdin, justru berbeda dengan penyebaran agama pada masa lalu di Cirebon, dimana penyebarannya dilakukan dengan damai seperti melalui kesenian.

Sementara itu, Ketua Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Cirebon M. Nuruzzaman menilai, gerakan terorisme di Cirebon tidak berada dalam satu garis sejarah Cirebon. Menurutnya, sebenarnya Cirebon menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya kelompok militan tertentu. Alasannya beragam, bisa saja itu disebabkan karena kota ini termasuk dekat dengan Kota Jakarta, adanya alumni Akademi Militer Afganistan, atau alasan karakteristik orangnya mudah dikader. Adanya kelompok militan itu membedakan Cirebon dengan kota wali lainnya seperti Demak dan Kudus Jawa Tengah. Kelompok tersebut sangat potensial jika disusupi oleh aliran yang menekankan kepada jihad fisabilillah yang dinilai sebagai terorisme oleh kalangan umum. Itulah sebabnya, dalam pemetaan Nuruzzaman, di antara daerah lainnya hanya Cirebon yang dimasuki jaringan Klaten pimpinan Sigit Qordowi. Jaringan Klaten dikenal sebagai jaringan keras dan perakit bom andal.

[ dikutip dari: H.U. "PR", 10/10/11(17) ]


Jangan sampai Cirebon jadi "Cirebom"!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar