Setelah dihadapkan pada kenaikan harga Pertamax dan Pertamax Plus pada September 2011 lalu, kini pun masyarakat harus siap dihadapkan lagi pada penurunan kuota (jatah) bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang akan diikuti dengan rencana pembatasan konsumsi BBM bersubsidi pada tahun 2012 mendatang. Hal ini dimungkinkan akan memukul daya beli masyarakat dan daya saing Indonesia di tingkat global.
"Penurunan Kuota dan Pembatasan BBM bersubsidi" sumber gambar: jakpress.com |
Menurut pengamat ekonomi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Erman Sumirat, di Bandung (10 Oktober 2011), di tengah krisis yang sedang melanda Amerika Serikat dan Eropa, stabilitas perekonomian nasional sangatlah penting. "Penurunan kuota BBM bersubsidi ini cukup drastis dan akan sangat berdampak pada masyarakat. Waktu yang dipilih pun tidak tepat. Karena, di tengah krisis Amerika Serikat dan Eropa, Indonesia seharusnya konsentrasi meningkatkan daya saing ekonomi yang kuat," katanya. Menurutnya, pembatasan BBM bersubsidi akan berimbas pada semua sektor, mulai dari penurunan daya beli masyarakat hingga daya saing produk Indonesia. Usaha Kecil Menengah (UKM) pun dipastikan akan terkena dampak kebijakan tidak populis ini.
Dari sisi penyediaan infrastruktur penunjang pun, menurut beliau, jauh dari mendukung kebijakan tersebut. Saat ini, Indonesia belum memiliki moda transportasi massal yang mumpuni dan mendukung kebijakan penghematan BBM tersebut. "Pertimbangkanlah efek sosialnya, potensi penyelewengan, penyelundupan, dan kelangkaan. Sangat berisiko," ujar Erman. Diakui Erman, pada dasarnya beliau setuju bahwa memang suatu saat subsidi harus dihapuskan. Namun, kebijakan itu bisa diambil jika daya saing nasional secara ekonomi sudah kuat, ada peningkatan pendapatan masyarakat secara agregat dan kesiapan kondisi infrastruktur publik.
Sementara itu, Acuviarta Kartabi menilai, kebijakan ini akan memukul perekonomian nasional. Apalagi, wacananya sudah digulirkan jauh-jauh hari di saat konsep yang disusun pemerintah belum sepenuhnya matang. "Ini sangat berbahaya, karena akan memicu ekspektasi inflasi. Sebaiknya matangkan dulu konsepnya, pertimbangkan dampaknya terhadap semua sektor, dan pilihlah waktu yang tepat untuk mengumumkan serta mengeksekusi kebijakan ini," pendapatnya. Acuviarta mengaku, pada dasarnya ia setuju dengan rencana pengurangan subsidi BBM, termasuk pembatasan konsumsinya. Namun, menurutnya, hal ini harus dilakukan secara bertahap dan dikombinasikan dengan penyesuaian harga BBM bersubsidi untuk meminimalisasikan gejolak perekonomian dan potensi penyelewengan.
Di lain pihak, Menteri Keuangan Agus Martowardojo pun memprediksi, penghematan subsidi BBM di Jawa-Bali pada 2012 nanti diperkirakan akan meningkatkan inflasi sebesar 0,5 sampai 0,6 persen.
JOY DEDICATION Blog | 11/10/11(23)-Daraoraura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar