Anakku, Kebahagiaan yang Tiada Tara
Menjadi seorang ayah merupakan sebuah kebanggaan yang tiada tara pascakelahiran sang buah hati. Seolah-olah, kehidupan di depan mata yang akan dijalani begitu tampak semakin berseri, tambah berwarna, dan penuh gairah semangat. Kehadirannya akan membawa stimulus tersendiri untuk mengusir kemalasan diri, untuk menjauhkan diri dari sifat-sifat kufur, dan yang paling utama adalah untuk dapat membangkitkan aura kehambaan diri terhadap Tuhan YME ke tingkat yang lebih tinggi dari tingkat sebelumnya.
Setidaknya itulah yang bisa saya rasakan sekarang ini setelah lahirnya anak pertama saya dengan selamat pada bulan lalu. Betapa haru dan bahagianya diri ini setelah "sukses" melewati detik-detik yang menegangkan dan penuh kekhawatiran terhadap keselamatan istri yang saat itu tengah bersalin. Didampingi ibu dan kakak kandung, saya tak henti-hentinya berusaha untuk terus men-support dan mendoakan keselamatan bagi kedua nyawa sekaligus (istri dan calon bayi yang dikandungnya) yang saya cintai. Itu karena mereka berdualah yang menjadi harta dan harapan tercinta saya setelah saya resmi berumah tangga.
Menarik Mundur Ke Belakang
Sebulan yang lalu, saya menanti gelisah di ruang tunggu sebuah rumah sakit. Selama lebih dari sembilan jam, poros waktu saya berputar di sana. Detik menuju menit, menit menuju jam. Sebuah durasi waktu yang relatif lama dan dijejali kegelisahan yang teramat sangat. Saat itu, konsentrasi pikiran saya hanya tercurah pada keselamatan mereka berdua, dan fokus hati saya adalah berdoa sekhusyuk mungkin kepada Allah Yang Maha Kuasa agar diberikan keselamatan dan kelancaran dalam persalinan istriku.
Alhamdulillah, penantian selama itu pada akhirnya membuahkan kebahagiaan. Kebahagiaan yang secara alamiah telah mengantarkan saya berubah status menjadi seorang ayah kandung. Subhanallah.., saya kini menjadi seorang ayah kandung dari seorang bayi laki-laki yang keluar dari rahim istri saya. Dia, bayi itu, adalah anakku! Ya, dia adalah anakku! Dialah yang kelak akan menjadi penerus impian dan cita-citaku. Dialah yang kelak akan menjadi pagar betis rumah tangga kami. Dialah jua yang menjadi tempat tumpuan harapan awal bagi kehidupan hari-hari kami ke depan nanti.
Terima Kasih, Tuhanku..
Ya ALLAH.. Sudah terlalu banyak hal yang tak bisa diucapkan lagi melalui mulut ini sebagai rasa syukur hamba dari hati yang terdalam untuk-Mu. Terima kasih, Tuhanku. Semoga kami selalu senantiasa Kauberikan hidayah, kekuatan, dan kemampuan untuk bisa membesarkan anak kami sebagai titipan amanat dari-Mu ini dengan sebaik-baiknya, hingga akhir nanti. Aamin yaa rabbal'aalamiin...
Ayahmu,
Amin.. bahagianya jadi seorang ayah..
BalasHapusSelamat yah.. :)
Mbak @Lina M: Terima kasih banyak, mbak. Salam hangat juga dari saya untuk keluarga Mbak Lina di sana.. :)
BalasHapus