Header Ads

Premium dan Solar Habis Desember 2014?

Ilustrasi

PERTAMINA sudah tidak lagi membatasi pengiriman bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ke semua Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) di Indonesia. Hal itu sesuai dengan perintah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung. Konsekuensinya, hingga akhir 2014, distribusi BBM bersubsidi akan melebihi kuota hingga 1,3 juta kiloliter.

"Saya sudah lapor ke Pak Chairul Tanjung. Ini, menurut perhitungan tidak cukup sampai akhir tahun. Pak CT bilang, itu tanggung jawab pemerintah. Pemerintah yang akan ambil solusi," ujar Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero), Hanung Budya, kepada wartawan di Jakarta, Rabu (27 Agustus 2014).

Ia mengungkapkan, tanpa pengendalian, kuota BBM bersubsidi yang sebanyak 46 juta kiloliter, untuk jenis premium, akan habis pada 20 Desember 2014, sedangkan solar pada 6 Desember 2014. Kelebihan kuota itu akan menjadi tanggung jawab pemerintah. Padahal, sebelumnya, Pertamina mendapat surat dari Menteri Keuangan, Chatib Basri, yang intinya jika pagu BBM bersubsidi dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan 2014 sebanyak 46 juta kiloliter terlampaui maka Pertaminalah yang harus menanggung risiko pembengkakan dan subsidi BBM.

Hanung mengaku telah menyampaikan isi surat itu kepada Chairul Tanjung. Sang menteri mengatakan, ia akan segera membincangkan hal itu dengan menteri keuangan. Dengan demikian, pembengkakan tersebut tidak menjadi tanggung jawab Pertamina. Pada Selasa sebelumnya, agar tidak terjadi antrean BBM bersubsidi, Pertamina telah menyalurkan 30% premium di atas kebutuhan harian secara nasional.

Senior Vice President Marketing and Distribution Pertamina, Suhartoko, mengatakan bahwa jika kuota BBM bersubsidi sudah habis sebelum akhir tahun dan tidak ada kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, premium dan solar akan tetap ada di SPBU se-Indonesia, akan tetapi dijual dengan harga keekonomian. Hal serupa akan diberlakukan terhadap BBM nonsubsidi, yakni pertamax, pertamax plus, dan pertamina dex.

Menurut Suhartoko, langkah itu terpaksa ditempuh lantaran anggaran subsidi BBM sudah tidak bisa diberikan. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat akan BBM tidak bisa ditunda. "Ini kan hanya akan terjadi akhir-akhir tahun. Masyarakat harus mau. Harus bagaimana lagi? BBM subsidinya enggak ada," ujarnya.

Keputusan Rapat

Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir, melalui siaran pers, mengatakan, untuk mengatasi antrean kendaraan dalam beberapa hari terakhir, mulai Selasa (26 Agustus 2014) malam, Pertamina akan menormalkan kembali pasokan BBM ke semua SPBU di seluruh Indonesia. "Sesuai dengan arahan pemerintah, mulai Selasa malam, kami menormalkan pasokan BBM untuk memulihkan situasi," katanya.

Dengan demikian, Pertamina tidak lagi mengurangi penyaluran BBM bersubsidi ke SPBU. Namun, penyaluran BBM bersubsidi ke sejumlah SPBU tetap memperhatikan kondisi masing-masing daerah. Ali yakin, pemerintah punya solusi agar langkah ini tidak membuat kuota BBM bersubsidi yang ditetapkan dalam APBN Perubahan 2014 terlampaui.

Secara terpisah, dalam keterangan pers di Dili, Timor Leste, Chairul Tanjung menegaskan bahwa saat ini, stok BBM bersubsidi cukup untuk melayani kebutuhan masyarakat. "Dalam waktu kurang dari tiga hari, tidak boleh lagi ada antrean yang tidak perlu," katanya, seperti disitat oleh situs resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, www.setkab.go.id. Chairul berada di Dili untuk mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Menurut dia, langkah itu ditempuh sebagai hasil keputusan rapat yang dipimpin oleh Wakil Presiden Boediono, Selasa (26 Agustus 2014) siang. Intinya, diputuskan agar antrean pembelian BBM harus diatasi. Chairul menyatakan, antrean di SPBU itu disebabkan oleh kebijakan Pertamina di daerah yang bersifat lokal sebagai upaya pembatasan untuk penghematan. "Bukan kebijakan pemerintah secara umum," ujarnya. Sebelum mengambil langkah penormalan distribusi BBM bersubsidi, ia mengaku telah lebih dulu berkoordinasi dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik, dan Pertamina.


Catur Ratna Wulandari, H.U. "Pikiran Rakyat", JOY DEDICATION Blog | 28/08/2014(1,13)-Daraoraura

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.