Deklarasi Catursatyakreta Indonesia
RIBUAN orang dipimpin Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Wakapolri) Komisaris Jenderal Nanan Sukarna serta Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi Dedie A Rachim mendeklarasikan "National Spirit of Bandung" di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Jalan Setiabudhi, Kota Bandung, Minggu (14 Oktober 2012). Acara yang digelar oleh Forum Komunikasi Honorary Police itu merupakan respons atas keadaan bangsa Indonesia yang sedang dilanda berbagai masalah.
Kepala Biro Lembaga Pendidikan Polisi Mabes Polri, Brigadir Jenderal Anton Charliyan yang menjadi penggagas acara mengatakan, deklarasi ini sekaligus memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Hari Kesaktian Pancasila. Tanggal 14 Oktober sengaja dipilih karena berada di tengah-tengah peringatan kedua tanggal penting itu sekaligus sebagai simbol Pancasila yang ditemukan pada abad ke-14.
Dalam deklarasi yang dirumuskan Anton Charliyan, Nina Herlina Lubis, Karim Suryadi, Dody Hermana, Undang Ahmad Darsa, dan Soni Farid Maulana itu memuat tiga sendi dasar yang ditonjolkan, yakni agama, nasionalisme, dan rasa kepedulian sosial sebagai bentuk revitalisasi Pancasila.
Isi Deklarasi Catursatyakreta
Deklarasi yang disebut Catursatyakreta Indonesia itu secara ringkas menyatakan:
- Kekuatan bangsa ditopang Pancasila dan UUD 1945 sehingga menolak segala tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilainya.
- Keragaman budaya menjadi identitas sekaligus pemersatu bangsa yang menjadi kekuatan.
- Memupuk kepedulian sosial sehingga ada kebersamaan melawan korupsi, kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, SARA, radikalisme, dan tindak kekerasan.
- Semua suku bangsa sama dan sederajat.
Wakapolri Nanan Sukarna
(sumber foto: http://www.shnews.co/)
Nanan mengatakan, ke depannya bangsa Indonesia harus banyak mencari solusi, bukan mencari masalah.
Saya ingin polisi jangan sekadar formalitas. Kita harus gelorakan semangat agamis, nasionalisme, dan kepedulian sosial. Saya harap kita berwawasan global dengan jiwa nasional dan bertindak lokal. Hilangkan kepentingan pribadi, organisasi atau kelompok. Yang harusnya ada adalah kepentingan bersama. (Nanan Sukarna)
Dalam kesempatan itu, Nanan juga menekankan polisi sebagai penanggung jawab keamanan. Menurut dia, polisi harus berebut kewajiban, tugas, dan tanggung jawab, bukan berebut wewenang. Dia berharap deklarasi yang sudah dilakukan bukan sekadar proklamasi tetapi ada semangat atau gelora yang bisa menjalar ke luar Bandung.
Simbol Tiga Sendi Dasar Catursatyakreta Indonesia
Ketiga sendi dasar yang ditekankan dalam deklarasi juga dinyatakan secara simbolis. Ketiga simbol itu antara lain:
- Simbol agama terlihat dari mushaf Alquran, diwakili Surat Al-Fatihah yang ditulis di atas kulit kerbau dengan ukuran 7x5 meter. Mushaf yang diklaim terbesar di dunia itu diserahkan kepada Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat.
- Simbol nasionalis terlihat dari penyerahan lambang negara Garuda Pancasila kepada generasi muda.
- Sementara simbol kepedulian sosial ditunjukkan dengan penyerahan bantuan kepada perwakilan tokoh agama Katolik dan Konghucu yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
Harus Sinergis!
Direktur Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK Dedie A Rachim mengatakan bahwa KPK, Polri, dan lembaga mana pun harus bersinergi dalam menjalankan tugasnya. Semua lembaga dan elemen masyarakat, kata Dedie, harus saling memperkuat supaya kebangsaan Indonesia bisa lebih baik.
Dedie menyampaikan, mahasiswa kelak akan menjadi pemimpin di Indonesia menggantikan pemimpin yang ada sekarang. Itu sebabnya KPK, polisi, dan lain-lain harus mengawal dan memberi harapan kepada generasi muda.
Keberhasilan KPK adalah keberhasilan Kepolisian dan Kejaksaan. Begitu juga kegagalan KPK adalah kegagalan Kepolisian dan Kejaksaan. Kita harus bersatu. (Dedie A Rachim)
Sementara itu, Rektor UPI Sunaryo Kartadinata mengatakan, sebagai universitas yang bertanggung jawab menyediakan tenaga pendidik, UPI ingin menggelorakan kembali semangat nasionalisme. "Kami akan menempatkan nasionalisme, agama, dan kepedulian sosial sebagai dasar kekuatan para pendidik," kata Sunaryo.
Tidak ada komentar